This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Kamis, 24 Oktober 2013
01.00
Unknown
“Mulailah menulis hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang
pengalaman dan perasaanmu sendiri. Itulah yang saya lakukan.” (J.K. Rowling)
Jika almarhum Boden Powel
(B-P) masih hidup dan mendengar kata "mbak" Rowling di atas. Agaknya, dengan
lantang beliau berkata, “SETUJUUU.... !!!” He..., he....
Kalau mengingat buku B-P yang berjudul “Aids to Scout”, imajinasi
itu sah-sah saja. Ya, buku
tersebut merupakan kumpulan cerita pengalaman B-P selama menjalankan tugas
sebagai tentara, dengan tujuan memberikan petunjuk kepada tentara muda Inggris
agar dapat melakukan tugas penyelidikan (investigasi kemiliteran) dengan baik.
Mr. William Smyth seorang pemimpin Boys Brigade (tentara muda) di
Inggris menilai buku yang ditulis B-P itu sangat menarik. Ia kemudian meminta agar
B-P bersedia melatih anggotanya. Ketika itu Baden Powell pun langsung menerima
tawaran Mr. William Smyth. Dua puluh satu pemuda dikumpulkan dari kesatuan Boys
Brigade yang berada diberbagai wilayah di Inggris untuk melakukan perkemahan
dalam rangka pelatihan di Pulau Brown Sea yang dilaksanakan pada tanggal 25
Juli – 02 Agustus 1907. Perkemahan di Pulau Brown Sea tersebut menjadi cikal
bakal kepanduan dunia dan menjadi kegiatan kepanduan pertama di dunia dalam
catatan sejarah (pramukatbz.blogspot.com).
Di tahun berikutnya Baden Powell berupaya menyebarluaskan
organisasi kepanduan ke seluruh dunia dengan cara menerbitkan buku berjudul
“Scouting For Boys”. Kini Ada lebih dari 30 juta Pramuka, remaja dan
dewasa, anak-anak, di 161 negara. Hanya
6 negara tanpa Pramuka (scout.org). Perkembangan yang signifikan bukan. Lagi-lagi diawali oleh pemikiran briliyan yang terukir dalam goresan pena. Tersebar dan merubah dunia. Ya, kepanduan tersebar dengan
tulisannya. B-P terbilang penulis yang produktif. Sekitar 40 judul buku telah
dilahirkan dari penanya. Ya, B-P sejatinya menjadi uswatun hasanah dalam kepenulisan bagi kita.
Jumat, 18 Oktober 2013
18.29
Unknown
Sahabat ZoKa,,
pernah nggak tersirat dibenak kalian makhluk apa yang diciptakan Allah swt?
pernah nggak tersirat dibenak kalian makhluk apa yang diciptakan Allah swt?
Ya, jawabannya adalah Al-Qalam (pena). Ini dijelaskan dalam hadits berikut,
“Sesungguhnya mahluk yang
pertama kali Allah ciptakan adalah Al-Qalam (pena), kemudian Allah
berfirman kepadanya: Tulislah! Kemudian Al-Qalam berkata: Wahai Rabbku,
apa yang aku tulis? Allah berfirman: Tulislah taqdir segala sesuatu
sampai datang hari kiamat.” (HR.Abu Dawud dan dishahihkan Syeikh Al-Albany).
18.18
Unknown
Pramuka sudah tidak relevan, pramuka
hanya sekedar tepuk-tepuk, nyanyian, dan permainan? Maukah praja muda sekalian
dicap demikian? Padahal jika ditelisik, belum ada kiranya organisasi yang
berperan sekompleks Gerakan Pramuka bukan? Lihat saja, berbagai sektor kehidupan
yang tercakup dalam kepramukaan. Mulai moralitas yang termaktub dalam satya
dharma, live skill dalam TKU dan TKK
dalam gudep, serta krida dalam saka, leadership, pola pendidikan, dan lain
sebagainya.
Oleh karena itu, perlu digencarkan
media jurnalistik pramuka (scout
journalism). Dibutuhkan agen-agen penyampai pesan-pesan luhur kepramukaan.
Serba-serbi pramuka yang sangat kompleks perlu di-share ke khalayak, sehingga tidak terkesan sempit seperti yang distigmakan.
Belum lagi berbagi rupa perasaan dan keseruan dalam berpramuka. Sayang sekali jika hanya disimpan dalam
memori sendiri. Tindak tanduk perjuangan
kini akan menjadi prasasti yang dikenang nanti. Bianglala Keasyikan dan
keseruan selama terjun dalam berbagai kegiatan kepramukaan akan tersebar dan
terdokumentasikan.
Minggu, 18 Agustus 2013
05.09
Unknown
Lima puluh dua tahun silam (14 Agustus
1961), Gerakan Pramuka resmi diperkenalkan kepada khalayak. Semua organisasi
kepanduan disatukan untuk merebak kungkungan kolonialisme, komunisme, fanatisme
kedaerahan, dan politik praktis, serta mengisi pembangunan. Euforia dan
antusiasme meledak. Gerakan Pramuka memperoleh tanggapan positif dari
masayrakat luas. Dalam waktu relatif singkat, organisasi ini berdiri dari kota sampai di desa.
Pasca peristiwa G.30.S/PKI meledak, dalam sekejap
terjadi suatu revolusi sosial dengan timbulnya orde baru yang menuntut
pemurnian Undang-Undang Dasar 1945 (1 Oktober 1965). Gerakan Pramuka juga tidak
ketinggalan untuk menyesuaikan diri dan menyerasikan pelaksanaan tugas pokoknya
dengan perkembangan masyarkat Indonesia pada waktu itu.
Langkah cerdas dilakukan. Dengan melihat realitas
prosentasi terbesar rakyat Indonesia
Rabu, 08 Mei 2013
03.34
Unknown
Bila kita membicarakan tentang Allah dan qalam-Nya
–yang disebutkan beberapa kali dalam al-Qur’an— setidaknya dapat dipahami dua
interprestasi. Ya, yakni kedahsyatan pena sebagai simbol media tulis dan simbol
ilmu pengetahuan. Pertama, pena sebagai simbol media tulis berarti
mencerminkan alat luar biasa. Sejarah yang membuktikan. Kita harus berterima
kasih kepada penulis-penulis zaman kuno. Kita bisa mengetahui dan mempelajari
peradaban-peradaban kuno dari lembaran dan bongkahan artefak yang ditemukan
para antropolog. Demikian pula pada masa keemasan Islam. Kala itu tidak lepas dari
karya-karya ilmuan Yunani yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab pada
masa khalifah Harun Ar-Rasyid yang
mencapai puncaknya pada masa khalifah al-Ma’mun.
Kedua, pena sebagai simbol
ilmu pengetahuan. Dalam lintasan
sejarah, posisi ilmu sebagai kebutuhan super pokok manusia tidak dapat
disangkal. Jumawanya peradaban bangsa-bangsa di tiap zaman sangatlah ditopang
oleh keilmuan yang mapan. Sivitas masyarakat sebagai kesatuan majemuk dengan
interaksi individunya akan berjalan harmonis jika diiringi kematangan ilmu. Ilmu memang memiliki unsur dari apa yang selama ini kita pahami
sebagai pengetahuan. Tetapi, ia juga mengandung dari apa yang selama ini
dideskripsikan sebagai hikmah. Di samping itu, ilmu dalam Islam juga memiliki
aspek dari ibadah dan memiliki tujuan untuk menjadi khalifah fil ardh, manusia
yang diserahi amanat Tuhan untuk mengelola dan memelihara alam. Oleh sebab itu
kita memiliki tanggung jawab berat di hadapan Allah (Zainuddin: 2003). Melihat
interpretasi di atas, maka semestinya kiblat budaya pena berada pada umat
Islam. Tapi realitasnya sepertinya tidak mengatakan demikian.
“Barang siapa menguasai media, dia akan
menguasai dunia”, demikian bunyi salah satu pepatah modern. Telah banyak contoh
dahsyatnya kekuatan media (pers) dalam mengantar perubahan dunia. Begitu
besarnya pengaruh media dalam mengendarai wacana dan dukungan publik. Dalam
penguasaan media, umat Islam cenderung kalah. Media-media besar dunia
kebanyakan berasal dari Barat. Ironinya, media Barat tersebut didominasi oleh
nonmuslim. Seperti di Amerika Serikat (AS). Negara adidaya dengan kebijakan
yang memiliki pengaruh kuat dalam percaturan dunia ini medianya banyak
ditunggangi para Zionis Yahudi. Seperti kesimpulan kajian yang dimuat di situs natall.com:
“Kapan pun Anda menonton televisi, sekalipun stasiun penyiaran lokal yang
kecil atau via televisi kabel atau satelit; kapan pun Anda menonton film
feature di teater atau di rumah; kapan pun Anda baca surat kabar, buku, atau
majalah. Semua informasi atau hiburan yang Anda terima itu diproduksi dan/atau
disebarkan oleh media-media milik orang Yahudi.”
Tak ayal wacana Islamophobia begitu mudah
dikonsumsi warga AS. Gerakan-gerakan anti-Islam di berbagai daerah akibat buta
dengan sumber utama Islam tidak terelakkan. Tambahan pula, tatanan dunia baru (new
order) yang digadang-gadang para anak-anak Yahweh itu pun menemukan
supermasinya. Bayangkan, betapa mudahnya mereka mengintimidasi media yang
mayoritas asetnya dikuasai untuk menyampaikan doktrin-doktrin yang tak jarang
memojokkan Islam. Mengerikan bukan?
Senada dengan yang kita alami di
Indonesia. Tidak heran bila kelakuan kebanyakan masyarakat tidak Islami. Tetapi
lebih kebarat-baratan, atau juga agaknya lebih kejepang-jepangan atau malah
kekorea-koreaan. Padahal aktor di dalamnya kebanyakan tidak pernah belajar
ngaji sejak kecil bukan? Dan tingkah lakunya juga nyeleweng dengan etika
Islam. Lha, muda-mudi Islam yang sudah ngaji dari kecil malah
ikut-ikutan berpenampilan dan berkelakuan seperti aktor-aktor nonmuslim. Ya,
lagi-lagi ini karena ulah media.
Peradaban Arab yang notabene merupakan
kiblat ajaran Islam malah jarang kita temukan di layar televisi dan lembaran
koran. Bahasa Arab yang merupakan bahasa Nabi Muhammad SAW, bahasa al-Qur’an,
dan bahasa kita kelak di surga (HR. At-Thabrani) juga langka kita jumpai di
media. Kita takhluk dengan media yang tidak seiring dengan ajaran Islam. Kita
jadi lebih akrab dengan budaya sampah (negatif) nonmuslim. Ironinya, hal ini seolah
menjadi kebiasaan yang sudah tidak dipermasalahkan (kebanyakan masyarakat).
Hal yang terpenting adalah bagaimana kita
selaku umat Islam meningkatkan kesadaran kita dalam berbudaya pena dan
berdakwah lewat tulisan. Ya, semampu kita. Walaupun masih dalam lingkup
sederhana. Semisal memanfaatkan facebook dan twitter. Lebih-lebih jika aktif
memposting di blog dan website dengan tulisan yang Islami dan mencerahkan. Lagi
pula, internet menjadi media yang ampuh dalam penyebaran gagasan bukan?
Mengingat lingkup pembaca nasional bahkan internasional. Apalagi bila aktif
ikut serta dalam peluncuran buletin, majalah, koran dan lainnya. Lebih-lebih
menulis buku. Wah, insya Allah pundi-pundi pahala dan rezeki Anda akan
bertambah. Ya, Mari jadi mujahid pena Allah. Wallahu a’lam. (Kak Dian Ali)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Zainuddin, Drs., MA. 2003. Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran
Islam. Malang: Bayumedia Publishing.
Selasa, 05 Februari 2013
01.12
Unknown
“Barang siapa menguasai media, dia akan
menguasai dunia”, demikian bunyi salah satu pepatah modern. Telah banyak contoh
dahsyatnya kekuatan media (pers) dalam mengantar perubahan dunia. Begitu
besarnya pengaruh media dalam mengendarai wacana dan dukungan publik.
Pihak-pihak
tertentu di berbagai sektor kehidupan yang digandeng media cenderung
memenangkan persaingan. Kemajuan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tak
lepas dari campur tangan media. Kita akan berbondong-bondong membeli suatu
produk yang telah diiklankan dengan bombastis dalam media cetak atau
elektronik. Sebaliknya kita akan mempertanyakan kelayakan suatu produk yang
tidak ada iklannya, atau miskin publikasi. Ya, walaupun berkualitas. Kita secara
tidak sadar tengah dikelabuhi dengan penyamaan cita rasa yang sesuai dengan “titipan”
pihak tertentu di belakang media. Seperti yang dikatakan......
Perilaku
kita keseharian pun tanpa sengaja telah disetir oleh media. Suka tidaknya kita
pada sesuatu. Pantas atau tidak. Bahagia atau tidak. Cantik atau tidak. Semuanya
seolah berkiblat pada gambaran media. Coba lihat saja tipe wanita yang ideal di
masyarakat (kebanyakan). Bodinya seksi, pakainya banyak fentilasi, rok dan
celananya mini (ukurannya menyaingi celana pendek pemain sepak bola, mungkin
emansipasi, he, he), hp-nya blackbery, sepatu dan tasnya merk luar negeri,
model rambutnya mirip katty pery. Kriteria semua itu secara bertubi-tubi merasuk
dalam gang-gang pikiran kita lewat berbagai media cetak dan elektronik.
Minggu, 03 Februari 2013
07.19
Unknown
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
(pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.... (QS.
Al-Alaq (96): 1-5)”
Ayat diatas menyiratkan bahwa membaca dan
menulis adalah suatu fitrah manusia. Membaca dan menulis adalah perantara
pengajaran Allah atas manusia. Media bagi kita dalam menggali dan menginventarisasi
ilmu Allah yang luas tersebar di dunia. Ya, sekiranya lautan menjadi tinta
untuk menulis ilmu Allah, maka habislah lautan itu sebelum ilmu Allah habis
ditulis, meskipun lautan itu ditambahkan lagi (QS. Al-Kahfi (18): 109).
Semua orang memiliki hasrat untuk meluapkan apa
yang ia rasakan dan alami dalam hidupnya. Tapi sering kali kebanyakan orang
lupa akan media yang pas untuk menumpahkan perasaannya. Pengalaman yang ia
alami sering pula menguap dan terlupakan begitu saja. Padahal Allah swt. telah
menganugerahkan kita kemampuan dahsyat, yakni “menulis”.
Ada beberapa penyebab kita sering melupakan
atau sengaja melupakan “senjata pena” kita.
Diantaranya yaitu anggapan bahwa kegiatan menulis memerlukan bakat luar
biasa. Bakat yang hanya dimiliki orang-orang langka di dunia ini. Menulis
akhirnya menjadi aktivitas eksklusif orang-orang-orang tertentu saja.
Langganan:
Postingan (Atom)