Pramuka sudah tidak relevan, pramuka
hanya sekedar tepuk-tepuk, nyanyian, dan permainan? Maukah praja muda sekalian
dicap demikian? Padahal jika ditelisik, belum ada kiranya organisasi yang
berperan sekompleks Gerakan Pramuka bukan? Lihat saja, berbagai sektor kehidupan
yang tercakup dalam kepramukaan. Mulai moralitas yang termaktub dalam satya
dharma, live skill dalam TKU dan TKK
dalam gudep, serta krida dalam saka, leadership, pola pendidikan, dan lain
sebagainya.
Oleh karena itu, perlu digencarkan
media jurnalistik pramuka (scout
journalism). Dibutuhkan agen-agen penyampai pesan-pesan luhur kepramukaan.
Serba-serbi pramuka yang sangat kompleks perlu di-share ke khalayak, sehingga tidak terkesan sempit seperti yang distigmakan.
Belum lagi berbagi rupa perasaan dan keseruan dalam berpramuka. Sayang sekali jika hanya disimpan dalam
memori sendiri. Tindak tanduk perjuangan
kini akan menjadi prasasti yang dikenang nanti. Bianglala Keasyikan dan
keseruan selama terjun dalam berbagai kegiatan kepramukaan akan tersebar dan
terdokumentasikan.
Namun, output-output kemediaan yang
diproduk juga harus dikembangkan. Tehnik kepenulisan dan muatan pesan yang
disampaikan juga harus diasah. Jalannya, budayakan tulis menulis. Namun tidak
hanya itu. Kualitas tulisan tidak hanya dipengaruhi kuantitas menulis, tetapi
juga dengan membaca. Kecerdasan praja muda sekalian terasah dalam hal ini.
Perlu kesadaran kolektif dalam
berliterasi (baca-tulis). Ya, jangan hanya berpangku tangan dengan sosok individu-individu tertentu. Karna bila sosok
itu hilang, gerakan pun akan kehilangan arah. Bahkan bisa-bisa oleng dan mati.
Jiwa-jiwa pembelajar harus dilahirkan. Program pelatihan harus dicanangkan, disamping belajar secara
personal.
Agen-agen tersebut juga bertindak
sebagai pengembang kepramukaan (scout
developer). Pramuka harus dikawinkan dengan kebutuhan aktual masyarakat.
Dirumuskannya kepramukaan silam tentunya disesuaikan dengan kondisi
sosio-kultural kaula muda dan kemasyarakatan kala itu. Sangat riskan bila kita
sudah puas dengan konsep pramuka tempo dulu. Keterampilan kita dalam meramu
kepramukaan yang sesuai semangat zaman perlu dipertanyakan.
Dunia literasi (baca-tulis) dapat kita
lirik sebagai orientasi gerak. Sifat media literasi yang cenderung bertahan
lama, dapat tersebar mudah dan luas,
serta dapat dinikmati oleh semua strata cocok sebagai oase permasalahan di
atas. Literasi yang dimaksud secara sederhana dapat dipahami ha-hal yang
berkaitan dengan baca-tulis. Hah, baca-tulis? Aduh kak, kak, belum baca aja saya udah pusing, apa lagi suruh nulis.
Apa ada yang merasa seperti itu? Hmmm, leterasi abad 21 ini sudah beda men! Kontennya sudah dikemas secara
menarik. Dus, tidak melulu bekutat
dengan perbukuan doang! Medianya pun
sudah banyak dalam bentuk online.
Gugus Depan Komunitas
Literasi Museum Mandiri Jakarta dapat dijadikan tauladan dalam hal ini
(silahkan googling lebih rinci), mereka telah eksis dengan literasinya. Kita
juga punya Gudep Komunitas Gerakan Pramuka Menulis (GPM), namun gerakannya yang
masih maju mundur perlu bantuan dari Anda sekalian. Inisiatif Saka Bhayangkara
Brawijaya Srono untuk membuat buletin TRIBI juga patut diapresiasi dan
ditauladani. Ya, tinggal komitmen untuk istiqamahnya saja yang perlu disoroti.
Semoga dan Wilujeng TRIBI! (Kak Fiqh/GPM)
*) Dimuat di Buletin Tribi, SBY Brawijaya Srono, vol. 1.
0 komentar:
Posting Komentar