“Mulailah menulis hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang
pengalaman dan perasaanmu sendiri. Itulah yang saya lakukan.” (J.K. Rowling)
Jika almarhum Boden Powel
(B-P) masih hidup dan mendengar kata "mbak" Rowling di atas. Agaknya, dengan
lantang beliau berkata, “SETUJUUU.... !!!” He..., he....
Kalau mengingat buku B-P yang berjudul “Aids to Scout”, imajinasi
itu sah-sah saja. Ya, buku
tersebut merupakan kumpulan cerita pengalaman B-P selama menjalankan tugas
sebagai tentara, dengan tujuan memberikan petunjuk kepada tentara muda Inggris
agar dapat melakukan tugas penyelidikan (investigasi kemiliteran) dengan baik.
Mr. William Smyth seorang pemimpin Boys Brigade (tentara muda) di
Inggris menilai buku yang ditulis B-P itu sangat menarik. Ia kemudian meminta agar
B-P bersedia melatih anggotanya. Ketika itu Baden Powell pun langsung menerima
tawaran Mr. William Smyth. Dua puluh satu pemuda dikumpulkan dari kesatuan Boys
Brigade yang berada diberbagai wilayah di Inggris untuk melakukan perkemahan
dalam rangka pelatihan di Pulau Brown Sea yang dilaksanakan pada tanggal 25
Juli – 02 Agustus 1907. Perkemahan di Pulau Brown Sea tersebut menjadi cikal
bakal kepanduan dunia dan menjadi kegiatan kepanduan pertama di dunia dalam
catatan sejarah (pramukatbz.blogspot.com).
Di tahun berikutnya Baden Powell berupaya menyebarluaskan
organisasi kepanduan ke seluruh dunia dengan cara menerbitkan buku berjudul
“Scouting For Boys”. Kini Ada lebih dari 30 juta Pramuka, remaja dan
dewasa, anak-anak, di 161 negara. Hanya
6 negara tanpa Pramuka (scout.org). Perkembangan yang signifikan bukan. Lagi-lagi diawali oleh pemikiran briliyan yang terukir dalam goresan pena. Tersebar dan merubah dunia. Ya, kepanduan tersebar dengan
tulisannya. B-P terbilang penulis yang produktif. Sekitar 40 judul buku telah
dilahirkan dari penanya. Ya, B-P sejatinya menjadi uswatun hasanah dalam kepenulisan bagi kita.
Tulisan memang
media yang efektif menyampaikan pesan dan menggugah dunia. Kitab suci Al-Qur’an
bisa dikenal, dibaca, dipahami dan dihafal oleh 1,5 miliyar warga muslim juga
berupa tulisan. Apalagi bila tulisan itu digendong media massa.
Berita di kolong bumi bisa tersiar oleh media. Kita
tahu pembantaian terkutuk Zionis Isra’il, gejolak pemerintahan di Libya,
hajatan gede bang William dan neng Kate Middleton di Inggris, juga lewat media.
Di Indonesia, maling sandal dan tiga biji kopi seketika membuat masyarakat
gonjang-ganjing ketika diliput media.
Sayangnya,
agaknya Pramuka kurang bersahabat dengan media. Terlihat dari langkanya
aktivitas Pramuka yang mampang di media. Dari segi literasi, buku materi kepramukaan
waktu zaman kita SD dulu sampai sekarang, belum ada revisi (perkembangan) yang
berarti. Tentu jadi tanda tanya besar bukan? Benang merahnya harus kita usut
dari kemampuan menulis dan dunia literasi kita.
Padahal kita sama-sama tau. Bagaimana peran besar gerakan pramuka
terhadap perkembangan mental dan karakter pesertanya? Bagaimana prinsip dasar,
metode, dan kode kehormatan Pramuka berperan? Bagaimana hangatnya kekeluargaan
Pramuka? Bagaimana... (dll). Tentu ada ciri khas di masing-masing wilayah.
Pramuka
dengan tongkat merah kuning, simaphore, dan tali putih di pinggang, mungkin biasa. Tapi kalau Pramuka bertongkat
pena? (Kak Fiqh/GPM)
*) Dimuat di Buletin mini Zona Pramuka, edisi 1,
Gudep Komunitas Gerakan Pramuka Menulis (GPM)
0 komentar:
Posting Komentar