Selasa, 05 Februari 2013


 “Barang siapa menguasai media, dia akan menguasai dunia”, demikian bunyi salah satu pepatah modern. Telah banyak contoh dahsyatnya kekuatan media (pers) dalam mengantar perubahan dunia. Begitu besarnya pengaruh media dalam mengendarai wacana dan dukungan publik.
Pihak-pihak tertentu di berbagai sektor kehidupan yang digandeng media cenderung memenangkan persaingan. Kemajuan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tak lepas dari campur tangan media. Kita akan berbondong-bondong membeli suatu produk yang telah diiklankan dengan bombastis dalam media cetak atau elektronik. Sebaliknya kita akan mempertanyakan kelayakan suatu produk yang tidak ada iklannya, atau miskin publikasi. Ya, walaupun berkualitas. Kita secara tidak sadar tengah dikelabuhi dengan penyamaan cita rasa yang sesuai dengan “titipan” pihak tertentu di belakang media. Seperti yang dikatakan......
Perilaku kita keseharian pun tanpa sengaja telah disetir oleh media. Suka tidaknya kita pada sesuatu. Pantas atau tidak. Bahagia atau tidak. Cantik atau tidak. Semuanya seolah berkiblat pada gambaran media. Coba lihat saja tipe wanita yang ideal di masyarakat (kebanyakan). Bodinya seksi, pakainya banyak fentilasi, rok dan celananya mini (ukurannya menyaingi celana pendek pemain sepak bola, mungkin emansipasi, he, he), hp-nya blackbery, sepatu dan tasnya merk luar negeri, model rambutnya mirip katty pery. Kriteria semua itu secara bertubi-tubi merasuk dalam gang-gang pikiran kita lewat berbagai media cetak dan elektronik.

Minggu, 03 Februari 2013

 “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.... (QS. Al-Alaq (96): 1-5)”
Ayat diatas menyiratkan bahwa membaca dan menulis adalah suatu fitrah manusia. Membaca dan menulis adalah perantara pengajaran Allah atas manusia. Media bagi kita dalam menggali dan menginventarisasi ilmu Allah yang luas tersebar di dunia. Ya, sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis ilmu Allah, maka habislah lautan itu sebelum ilmu Allah habis ditulis, meskipun lautan itu ditambahkan lagi (QS. Al-Kahfi (18): 109).
Semua orang memiliki hasrat untuk meluapkan apa yang ia rasakan dan alami dalam hidupnya. Tapi sering kali kebanyakan orang lupa akan media yang pas untuk menumpahkan perasaannya. Pengalaman yang ia alami sering pula menguap dan terlupakan begitu saja. Padahal Allah swt. telah menganugerahkan kita kemampuan dahsyat, yakni “menulis”.
Ada beberapa penyebab kita sering melupakan atau sengaja melupakan “senjata pena” kita.  Diantaranya yaitu anggapan bahwa kegiatan menulis memerlukan bakat luar biasa. Bakat yang hanya dimiliki orang-orang langka di dunia ini. Menulis akhirnya menjadi aktivitas eksklusif orang-orang-orang tertentu saja.